Categories
EKOSOB

PT. GKP Kembali Merusak Lingkungan, Kondisi Terakhir Air di Wawonii

Wawonii, 19 Februari 2024. Terhitung sejak awal Februari 2024, PT. Gema Kreasi Perdana (GKP) kembali melakukan aktivitas pertambangan di puncak Pelaporoa, Pulau Wawonii. Aktivitas ini dilakukan saat warga masih berjuang melawan penambangan di ruang sidang Mahkamah Konstitusi.

Aktivitas galian yang dilakukan, menyebabkan rusaknya beberapa sumber mata air warga. Ini bisa dilihat dari keruhnya air di beberapa titik sumber air, yang mengalir hingga ke rumah warga. Sama seperti sebelumnya, hal ini membawa kerugian bagi warga yang berada di tapak. 

Dalam pantauan langsung di lapangan, terlihat wajah dari 3 sumber mata air bagi Warga Wawonii itu sudah berwarna kecoklatan. Mata air yang mengaliri Warga sampai ke rumahnya jelas sudah tidak bisa digunakan. 

“Sebab air bersih merupakan sumber kehidupan utama kami yang kami gunakan untuk memasak, minum, mandi, berwudhu dan lain sebagainya. Jika air bersih kami bercampur lumpur sama saja mengambil nyawa kami,” ujar Hasniati yang merupakan seorang ibu rumah tangga. 

Tiga sumber mata air bersih tersebut antara lain mata air Banda,  yang tercemar sejak tahun 2019. Warga memutuskan untuk memutus pipanya yang mengalir di pemukiman warga akibat air sudah bercampur lumpur. Sebelumnya, mata air Banda ada sumber air yang menyuplai lima Desa, dalam hal ini adalah Desa Sukarela Jaya, Desa Dompo-dompo Jaya, Desa Roko-roko, Desa Bahaba dan Desa Teporoko.

Warga sendiri menganggap bahwa kondisi air yang tercemar itu diakibatkan oleh aktivitas tambang yang melakukan penggalian tanah di hulu. Sebagai penanda, air bersih Pamsimas Dompo-dompo Jaya dan Pamsimas Sukarela Jaya tercemar dan bercampur lumpur sejak pertengahan ke akhir tahun 2023. Kondisi air beransur pulih seperti sedia kala sejak aktivitas tambang dihentikan akibat IPPKH PT. GKP dibatalkan. Namun, sejak 7 Februari 2024 kembali bercampur lumpur. Mata air tersebut yang menyuplai dua desa yakni desa Sukarela Jaya dan desa Dompo-dompo Jaya. Kondisi air bersih sekarang sudah bercampur lumpur dan sampai saat ini belum pulih.

Hingga kini, warga mengaku bahwa air yang mereka gunakan untuk keseharian sangat bergantung pada Sungai Roko-roko yang belum tercemar. Pilihan lain adalah warga menadah air hujan ke dalam jerigen. 

“Secara perlahan Pulau Wawonii akan hancur, sumber mata air adalah sumber kehidupan sudah secara perlahan satu per satu hilang akibat hadirnya tambang. Kita dibunuh secara perlahan,” tegas Yamir pemuda Roko-roko. 

Harapan Warga agar sesegera mungkin perusahaan PT. GKP serta Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe Kepulauan untuk bertanggung jawab atas kerusakan tersebut dengan mengembalikan kondisi air bersih seperti semula.

 

Penulis: Wilman Laka

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *