Suatu masa di era Orde Baru, demokrasi saat itu hanya slogan semata. Negara dengan sistematis membungkam yang berbeda dengannya. Agama dan ekspresi keagamaan tak mendapat ruang dalam kehidupan berbangsa, etnis dan golongan didiskriminasikan dengan label yang kejam, dan mereka yang bersuara lantang menentang penguasa akan dihilangkan.
Masa setelah reformasi, katanya demokrasi menjadi sejati. Tetapi yang terjadi adalah merajalelanya kelompok masyarakat sipil yang berupaya membungkam yang berbeda dengannya. Menyerang dengan syiar kebencian, membakar rumah-rumah, mengusir orang dari kampung halamannya, bahkan tega mengambil nyawa mereka yang tidak sama dengannya. Saat kebencian dan angkara murka memakan anak bangsa sendiri, negara membiarkan dan abai terhadap persoalan ini.
Mereka yang berebut jabatan sibuk mencari dukungan rakyat lewat demokrasi yang prosedural, bukan substansi. Sambil sibuk bermain mata dengan pemilik modal, menadahkan tangan untuk investasi. Mereka pula yang berteriak NKRI harga mati tetapi lupa merawat nilai-nilai yang mendasari dan membangun NKRI.
Bagi kami di Jalin Harmoni, NKRI bukan hanya gugusan pulau dari sabang sampai merauke, tapi NKRI adalah gagasan dan nilai berbangsa yang mendasari berdirinya negara ini. Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Apa jadinya NKRI jika nilai-nilai ini yang kemudian terejawantah dalam konstitusi dilupakan dan diabaikan?
Jalin Harmoni adalah gerakan untuk perdamaian dan keadilan. Kami hadir karena ingin merawat nilai-nilai kebangsaan yang diabaikan, nilai-nilai yang mendasari NKRI. Di dalam jaringan lintas iman ini, kami merayakan perbedaan, mengenal perbedaan dan saling menerima. Namun di sisi lain kami menyadari bahwa perdamaian tanpa keadilan adalah ilusi. Maka kami juga bekerjasama untuk menuntut penghormatan, perlindungan, pemenuhan dan pemulihan hak atas kebebasan beragama dan berkeyakinan.
Menyeimbangkan kedua sayap ini: perdamaian dan keadilan bukanlah hal yang mudah. Perdamaian adalah tema yang mudah diterima oleh siapa saja. Siapa yang tidak menginginkannya? Perdamaian adalah salah satu kearifan bangsa yang telah kita miliki sejak zaman lampau yang menjadikan kita begitu bhineka. Sepanjang kita mau melepaskan prasangka, kita akan mudah untuk menerima orang lain yang berbeda. Perbedaan bukan untuk dikritisi tetapi untuk dipelajari dan dimengerti sehingga berujung pada penerimaan. Jika kita bisa menerima yang berbeda, maka kerjasama akan terasa mudah. Demikian pengalaman kami di Jalin Harmoni. Kegiatan seminar dan diskusi, donor darah hingga bersih-bersih kota kami laksanakan bersama.
Di sisi lain belum banyak anggota masyarakat kita yang sadar bahwa kebebasan beragama dan berkeyakinan adalah hak asasi yang harus dijunjung tinggi. Mereka yang tidak merasa dilanggar hak-haknya, menerima hak begitu saja, take it for granted. Jika tidak mengerti hak sendiri bagaimana bisa menghargai dan memperjuangkan hak orang lain. Kesadaran akan hak adalah salah satu tantangan besar kami. Perjuangan keadilan ini membutuhkan kerja yang lebih keras dan tantangannya pun lebih berat karena berbagai kepentingan saling berjalin berkelindan. Seringkali untuk kepentingan politik dan ekonomi, agama dan penganutnya menjadi korban. Apalagi jika mereka adalah kelompok agama yang berbeda dari pemeluk agama kebanyakan. Jalin Harmoni mendampingi, menyemangati dan juga bersama-sama menuntut hak atas kebebasan beragama dan berkeyakinan.
Pada peringatan hari toleransi ini, kami mengajak teman-teman semua untuk lebih peduli. Dengan semboyan Kita Sama/Sama Kita kami mengajak semua yang hadir untuk bercermin, melihat ke dalam diri sendiri. Apapun jenis kelamin, agama, ras, pilihan politik kita. Diri anda sama dengan diri saya, kita memiliki hak asasi yang sama. Diri anda yang ingin dihargai dan dihormati hak-haknya sama dengan diri saya. Diri anda yang tidak ingin disakiti, direndahkan dan dihina sama dengan diri saya. Karena aku adalah engkau dan engkau adalah aku.
Mari kita berjuang bersama merawat nilai-nilai luhur bangsa, bersama dalam perbedaan setara dalam keadilan.
———————————-
Penulis : Reni Susanti (Jalin Harmoni Sulsel)
Tulisan dipaparkan dalam Diskusi Tematik “Kita Sama | Sama Kita; Kebersamaan dalam Perbedaan dan Kesetaraan yang Berkeadilan”, Kamis, 27 Oktober 2016 di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, sebagai kegiatan Roadshow jelang Hari Toleransi Internasional, 16 November 2016
Jalin Harmoni Sulsel adalah Komunitas Korban Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan, di mana LBH Makassar tergabung sebagai pendamping komunitas, bersama lembaga lain diantaranya Solidaritas Perempuan Anging Mammiri, Perempuan AMAN Sulsel, KontraS Sulawesi, LAPAR Sulsel dan Gusdurian Sulselbar.
Comments
No comment yet.