Saya agak “merinding dan bergetar” ketika Panitia “SENI lawan KORUPSI” yang digagas oleh Kolega Pegiat Seni serta Seluruh Pendukung Seni Lawan Korupsi meminta saya untuk bicara soal “Daurat Korupsi”.

Apa saya pantas untuk bicara yang kemudian disebut sebagai ORASI dalam forum yang “luarbiasa” ini; Apa benar, Indonesia, situasinya sudah begitu darurat korupsi sehingga kalangan Pegiat Seni “seia & sekata, sepakat bulat dan tanpa tedeng aling-aling” mengangkat tema Darurat Korupsi menjadi diskursus publik. Apa saya “sanggup” memenuhi harapan para kolega Pegiat Seni dan seluruh pendukungnya.

Biasanya, kata darurat dipakai untuk menjelaskan adanya suatu keadaan yang begitu sulit, sangat berbahaya dan memerlukan penanggulangan yang sangat segera. Pada konteks itu, kekuasaan dan siapapun saja dituntut untuk harus bertindak cepat untuk mengatasi keadaan serta segera memutuskan tindakan yg tepat.

Untuk itu mari kita lihat berbagai hal yang merupakan informasi, kondisi, fakta dan analisa yang mungkin dapat dipakai untuk memperlihatkan sekaligus menjelaskan tentang situasi Darurat Korupsi, yaitu sebagai berikut:

Itu sebabnya tidaklah heran bila lembaga yang diberikan mandat khusus oleh Negara untuk melakukan pemberantansan korupsi serta merupakan anak kandung yang sah dan seharusnya menjadi elan spiritualitas dari kekuasaan di Era Reformasi selalu ditempatkan sebagai “enemi dan biang kerok”. Nurani, akal sehat dan kewarasan hendak ditumpulkan dan dihina-dinakan dengan berbagai pernyataan eufisme dan hiperbolisme dari sebagian penyandang amanah kekuasaan.

Izinkan saya untuk menghaturkan puja dan puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi. Seraya memberikan apresiasi yang luar biasa pada seluruh insiatif dan kreatifitas yang dihadirkan oleh para pegiat Seni dan Seluruh Pendukung Seni Lawan Korupsi. Kami mulai merasakan, tidak hanya ada kawan seiring jalan, tapi juga telah melihat ada satu cahaya nun di ujung lorong yang nampaknya memiliki beribu “titik api”. Titik api serasa telah menghidupkan asa, optimisme dan keyakinan untuk mewujudkan Indonesia yang Bersih kendati Darurat Korupsi telah “hadir, menyergap dan memberangus” sebagian kesdaran, sikap dan perilaku kita. Inikah salah satu OASE utama yang kelak akanmenyiram, menggugah dan menggelorakan kesadaran “nurani, hati dan pikiran” bahwa Indonesia Bersih harus diperjuangkan seberat apapun resiko itu harus ditanggung.

Kami berdoa, semoga Para Pegiat Seni dan Seluruh Pendukungnya akan menjadi titik kesembilan puluh Sembilan dan arena akan mampu menggerakkan seluruh elemen dan lapisan masyarakat sipil lainnya untuk bergotong royong, bekerja bersama, membangun negeri untuk ibu pertiwi yang bebas dan bersih dari korupsi.

Kami sangat meyakini, ada modal sosial yang luar biasa dahsyatnya pada seluruh elemen masyarakat sipil kita untuk memberikan kontribusi aktif yang paling nyata bagi pemberantasan korupsi dan mengenyahkan kondisi Darurat Korupsi. Pegiat Seni dan Seluruh Pendukungnya saja sudah membuat “kehebohan”; dan bahkan membakar kesadaran dan keyakinan bahwa Indoneia yang Bersih dan Bebas Korupsi bukanlah impian tapi cita yang kelak pasti rengkuh bersama dengan kehormatan.

Salam, BEWE
KPK, C1, 6 Maret 2015

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Skip to content