Kawan-kawan, malam ini duka dan air mata petani Parangluara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar kembali mengalir…, Lahan mereka, sumber-sumber penghidupan mereka luluh tak berjejak dihancurkan identitas berkedok kepentingan negara. Kebijakan pemerintah propinsi untuk peningkatan produksi Tebu tak pernah terasa manis bagi petani Polongbangkeng. Mereka hanya mampu meratap, berteriak tapi tidak lagi berdaya.
Kawan-kawan, Malam ini 11 april 2015, tepatnya pukul 19:00 Wita 8 Buldozer milik PTPN XIV mulai bergerak menghancurkan kebun-kebun milik petani. Wijen, Kacang panjang, ubi jalar, ubi kayu dan jagung bagaikan benda tak berharga oleh penjahat ini. Mereka tidak perduli bahwa semua tanaman ini yang menyambungkan nafas dan memberikan kehidupan bagi para petani, mereka berpeluh mengangkat karung-karung benih untuk ditanam, membungkuk menahan sakit, panas dan hujan untuk menggarap tanah yang keras, berpeluh memompa air biar tanaman mereka subur, siang malam memikirkan berapa hasil panen agar hutang-hutang benih dan pupuk bisa terbayar dan seribu harapan dalam iringan mimpi berpendar pelita…., namun malam ini semua hilang.
Tepat pukul 22:00 Wita, sekitar 8 Ha lahan produktif yang akan panen hancur tak berbentuk milik 16 orang petani. 8 Buldozer perkasa meratakan mata pencaharian mereka. Tidak tahan mendengar dan menyaksikan kebun mereka dihancurkan maka sekitar 60 orang warga mulai berdatangan. Perempuan, laki-laki, Mereka berteriak, mencoba menghadang, menghiba agar lahan mereka tidak dirusak namun sekali lagi aparat negara beridentitas Intel TNI ( Dg. Sija) memaksa karyarawan PTPN untuk terus melanjutkan penghancuran lahan mereka dan ditambah ada 6 orang aparat Brimob yang mengawasi warga yang menimbulkan rasa takut mereka.
Pukul 22:20 WITA, 10 orang petani mencoba bernegosiasi dan memohon lahan yang tersisa sedikit tidak mereka hancurkan dan meminta waktu untuk bisa menyelamatkan tanaman mereka. Akhirnya kebun yang tersisa sekitar 4 Ha milik warga diberi waktu untuk mereka petik tanpa menunggu jadwal panen seharusnya.
Pukul 22:20 – 23:00 WITA, PTPN menyelesaikan mengolah lahan warga yang tersisa namun lahan yang belum ditanami
Pukul 23:00 WITA, pengolahan selesai. 8 Buldozer, 6 orang anggota Brimob, 1 orang Intel TNI, mobil hardtop putih yang berisi 7 orang karyawan dan mobil operasional perusahaan yang berisi 3 orang karyawan mulai meninggalkan Parangluara. Mereka pergi dengan angkuh Meninggalkan tangis dan penderitaan petani-petani yang nanar menatap tanaman-tanaman mereka yang tidak lagi tegak. Layu, suram…,semuram masa depan mereka yang tidak bertanah di Negara Kita yang Katanya Kaya.
Tebu berdarah, rezim pengkhianat!
Makassar, 12 April 2015
Rizki Anggriana Arimbi
(Divisi PSD dan POR WALHI SulSel)