Sekolah Paralegal berbasis komunitas telah melewati pekan kedua. Sekolah yang dilaksanakan di Baruga Paralegal yang berlokasi di tengah-tengah pemukiman warga kassi-kassi kota Makassar ini, berlangsung dengan penuh hiruk-pikuk dan segenap kegembiaraan. Sekolah ini dilaksanakan empat hari setiap pekannya, yaitu kamis sampai minggu. Metode pendidikan orang dewasa yang diterapkan, berhasil membuat para peserta terlihat nyaman mengikuti materi-materinya. Beberapa materi seperti HAM dan Demokrasi malah lebih banyak diisi dengan diskusi, termasuk peserta diberi keleluasaan berbagi pengalaman dan pelajaran terkait masalah-masalah hukum dan HAM yang terjadi di komunitas mereka masing-masing.
Meski dilaksanakan di tengah berbagai kekurangan yang berhubungan dengan masih berjalannya berbagai perbaikan di baruga paralegal, para peserta yang berasal dari berbagai komunitas di Sulawesi Selatan, seperti buruh, petani, perempuan, dan komunitas rentan dan marjinal lainnya, selalu bersemangat mengikuti mata pelajaran. Tidak lupa, untuk menjalin keakraban dengan warga sekitar terutama yang tergabung dalam Persatuan Warga Kassi-kassi (Perkasi), pada materi analisis sosial, peserta ditugaskan untuk melakukan investigasi dan mengumpulkan data-data terkait kasus yang dialami warga kassi-kassi melawan salah satu pengusaha besar di Makassar beberapa tahun lalu.
Berbagai materi pelajaran lain juga telah mereka ikuti, seperti sosiologi masyarakat, gender dan disabilitas, pengantar ilmu hukum, HAM dan Demokrasi, serta sejarah perjuangan Bantuan Hukum, dan lain-lain. Beberapa peserta sendiri mengakui bahwa di beberapa materi pelajaran, terutama materi hukum, mereka masih sangat kesulitan untuk memahami dengan cepat dan seksama. Hal ini sehubungan dengan latar belakang pendidikan mereka yang bukan berasal dari background ilmu hukum.
Peserta rata-rata kesulitan terkait terminologi hukum yang banyak menggunakan bahasa asing, seperti bahasa latin, belanda, atau inggris. Selain itu, materi-materi hukum dianggap mengandung konten yang sangat luas dan dalam, karena kurikulum sekolah paralegal memang mengarahkan peserta agar mampu memiliki kompetensi analisis, baik sosial, historis, struktural, maupun normatif, secara komprehensif.
Namun, di tengah-tengah keseriusan peserta mengikuti materi, dengan bantuan fasilitator Kawan Lolo dan Kawan Harno, peserta mendapatkan banyak games yang menyenangkan dan mampu mencairkan ketegangan, memulihkan kesegaran, serta memelihara kekompakan. Bahkan peserta, fasilitator, dan pengelola, melakukan aksi goyang bersama, yaitu Goyang Pinguin.
Sekolah paralegal berbasis komunitas ini akan kembali dilanjutkan pada Kamis 30 April 2015 mendatang, sebelum sekolah diliburkan di hari Jum,at sehubungan dengan peringatan Hari Buruh Sedunia 1 Mei, dimana peserta. fasilitator, dan pengelola Sekolah Paralegal akan bergabung dengan berbagai organisasi gerakan untuk melaksanakan aksi bersama.