
Berangkat dari kondisi gerakan mahasiswa di Indonesia yang pasif, terkhusus di Kota Makassar, yang mana semakin hari mengalami kemunduran. Sejumlah hal dapat menjadi indikasi penurunan gerakan mahasiswa ini, mulai dari banyaknya mahasiswa yang lebih tertarik pada organisasi-organisasi yang berorientasi non-gerakan melainkan merupakan event oganizer, sampai pada mereka yang lebih menyukai belajar berdiplomasi di dalam kampus. Lainnya, lebih memilih sekedar duduk di ruang-ruang kampus tanpa upaya mewujudkan perjuangan, baik dalam media diskusi akan kondisi sosial saat ini, hingga minimnya praktek-praktek perjuangan dengan turun ke jalan. Parahnya, sejumlah mahasiswa mengakui bergabung dalam organisasi gerakan, namun pada kenyataannya mereka hanya bergelut pada isu-isu sektoral masing-masing tanpa terlibat ataupun melibatkan diri kepada rakyat dan sejuta persoalannya. Di sisi lain, mereka juga tak mau lepas dari peran sebagai social control, agent of change, dan peran lainya yang disematkan kepada mahasiswa.
Terlihat dari aksi-aksi heroik mahasiswa saat ini, dimana ketika ada isu-isu elitis atau isu berskala nasional, mereka dipastikan berbondong-bondong turun ke jalan, memblokade jalan, membusungkan dada layaknya merekalah pahlawan rakyat dan selalu ingin tampil di depan rakyat. Bahkan, aksi-aksi tersebut tak luput berujung pada tindak kekerasan, mencederai gerakan rakyat. Budaya heroisme ini tak lain adalah produk kapitalisme guna mencegah persatuan rakyat dari pelbagai elemen.
Melihat kondisi tersebut, Front Mahasiswa Demokratik – Sentra Gerakan Muda Kerakyatan (FMD-SGMK), melihat perlunya mengikis budaya heroisme guna merubah watak mahasiwa yang apolitis, elitis, hedonis, hingga dapat memassifkan kembali gerakan mahasiswa yang berkerakyatan, dan menempa mahasiswa yang demokratik. Hal tersebut hanya dapat terealisasi melalui pendidikan yang demokratik, ilmiah dan bervisi kerakyatan.


FMD-SGMK menyelenggarakan pendidikan demokratik calon anggota dengan tema “Menciptakan Kader Intelektual Organik, Progresif, dan Revolusioner”, yang mulai dilaksanakan pada hari Kamis, 8 Mei 2016. Pendidikan ini dilaksanakan di Baruga Paralegal LBH Makassar dengan peserta terdiri dari mahasiswa dari beberapa kampus di Makassar, yakni mahasiswa dari Universitas Negeri Makassar (UNM), Universitas Muslim Indonesia (UMI), Universitas Muhammadyah Makassar (Unismuh), Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UIN Alauddin Makassar), dan Universitas Hasanuddin (Unhas). Keseluruhan peserta pendidikan adalah 35 orang. Pendidikan berlangsung selama 4 (empat) hari, dilingkupi dengan penuh semangat dan antusias peserta.
Materi-materi yang disajikan kepada peserta juga bervariasi, diantaranya mengenai Filsafat Dasar, Ekonomi Politik, Sejarah Pendidikan Indonesia, Sejarah Masyarakat Indonesia, Sejarah Gerakan Mahasiswa, Feminisme, Sosial Demokrasi Kerakyatan, Pengenalan Organisasi dan Manajemen Aksi.
Selain Memperoleh materi-materi tersebut, yang mana menurut peserta belum pernah didapatkan terutama dalam kampus, peserta juga diajarkan bagaimana cara membangun budaya diskusi, menulis berita serta cara untuk berorasi depan khalayak ramai.
Sementara di sela-sela istrahat, peserta juga dilibatkan dalam diskusi-diskusi lepas. Di hari terakhir pendidikan, peserta terlibat dalam bedah film “Marsinah” yang kemudian dilanjutkan dengan pengukuhan/ pelantikan anggota baru FMD-SGMK. Usai pelantikan, FMD-SGMK mengadakan konsolidasi persiapan aksi memperingati Hari Marsinah, 8 Mei 2016. Konsolidasi juga turut melibatkan seluruh anggota yang baru saja dilantik.

Minggu, 8 Mei 2015, sekitar pukul 09.00 WITA, paksa pendidikan calon anggota, FMD-SGMK menggelar aksi peringatan 23 tahun meninggalnya Marsihan, seorang pahlawan buruh. Aksi ini juga menjadi salah satu implementasi materi-materi perjuangan oleh anggota baru yang telah diterima selama pendidikan.


Penulis : FMD-SGMK
Foto : FMD-SGMK
Comments
No comment yet.