Baru-baru ini diadakan pertemuan berupa forum mitra nasional diantara organisasi-organisasi yang bekerjasama dengan TAF-AIPJ. Pertemuan mitra TAF-AIPJ ini merupakan pertemuan yang rutin dilakukan setiap 6 bulan sekali, untuk pertemuan kali ini dilakukan di Pulau Lombok, Mataram, NTB. Berbeda dengan pertemuan sebelumnya, pertemuan ini melibatkan lapis kedua dari organisasi yang selama ini menjadi mitra TAF-AIPJ dan yang dipilih oleh LBH Makassar untuk berangkat mewakili organisasi adalah Kawan Haedir dan kawan Suharno.
Pertemuan ini melibatkan sebanyak 15 organisasi yang selama ini menjadi Mitra TAF-AIPJ untuk mendorong Akses Terhadap Keadilan di Indonesia. Diantara yang hadir adalah LBH Makassar, LBH Apik Makassar, LBH Apik Jakarta, LBH Jakarta, PBH Nusra, SIGAB, SABDA, MAPPI UI, LEIP, ICW, SOMASI, LPA Lombok, dll.
Satu hal yang menarik dalam pertemuan ini adalah notulensi pertemuan, jika dalam setiap pertemuan notulensi dibuat dalam bentuk tulisan. Kali ini notulensi pertemuan dibuat dalam bentuk kartun yang mirip komik, yang dibuat oleh seorang kartunis.
Seperti pada forum-forum lainnya, diawal-awal acara selalu ada perkenalan. Menariknya, pada agenda perkenalan kali ini adalah cara berkenalan yang unik, pertama kali peserta diminta untuk membuat semacam Poppet (boneka yang bisa digerakkan) yang menggambarkan diri dan karakter masing-masing, setelah itu peserta diminta untuk memperkenalkan diri masing-masing menggunakan Poppet yang telah dibuat, menggunakan suara Poppet di meja tempat duduk. Setelah memperkenalkan diri di atas meja, peserta diminta untuk mencari teman lain selain teman yang berada di atas meja untuk berkenalan.
Selanjutnya, peserta dari masing-masing organisasi diminta untuk bercerita di depan forum tentang bagaimana organisasi masing-masing memilih delegasi yang diutusnya untuk menghadiri pertemuan mitra TAF. Secara bergantian utusan-utusan organisasi menceritakan bagaimana mereka dipilih untuk menjadi delegasi organisasi masing-masing. Ada yang dipilih secara kompetisi dan ada yang ditunjuk langsung oleh pimpinan organisasi, ada pula yang terpaksa.
Agenda berikutnya adalah penjelasan tentang bagaimana membuat sebuah persentasi yang baik dan tidak membosankan. Intinya penjelasan ini memberikan gambaran bahwa kebanyakan presentasi selalu membosankan dan tidak menarik sehingga membuat audiens mengantuk dan gelisah. Untuk itu peserta forum di berikan tips bagaimana mempresentasikan sebuah gagasan atau cerita yang menarik dan tidak membosankan.
Pada hari kedua, merupakan agenda inti dari pertemuan mitra TAF-AIPJ dimana yang hadir diberikan kesempatan untuk bercerita di depan forum terkait kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh organisasi kami dalam memperjuangkan Akeses Terhadap Keadilan. Pada hari kedua ini tidak hanya dihadiri oleh Organisasi-Organisasi Mitra TAF-AIPJ, tapi juga dihadiri oleh Pemerintah dan Stakeholder terkait.
Masing-masing organisasi diberikan kesempatan selama 10 menit untuk bercerita di depan forum tentang kemajuan-kemajuan organisasinya dalam mendorong akses terhadap keadilan di daerahnya masing-masing.
LBH Makassar sendiri diberi kesempatan pada akhir acara untuk bercerita tentang kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam mendorong akses terhadap keadilan. LBH Makassar bercerita banyak hal, dimulai dari sebelum support dari TAF-AIPJ sampai setelah TAF-AIPJ memberikan support. Sebelum adanya TAF-AIPJ, Suharno bercerita bahwa LBH Makassar sebelumnya tidak dapat menjalankan mandat organisasi untuk mendorong masyarakat mendapatkan keadilan secara maksimal, Suharno bercerita bagaimana LBH Makassar berjalan ditengah kesusahan, para staf yang hanya mampu makan mie instan hingga tempe penyet meskipun demikian para staf tetap mampu bekerja mendampingi masyarakat yang dirampas hak-haknya walaupun hanya sekedar mendampingi mereka di persidangan, kepolisian dan kejaksaan, tidak ada sama sekali sebuah program untuk mendidik rakyat bersama-sama mewujudkan akses terhadap keadilan. Hingga akhirnya TAF datang dengan program Core-Founding yang mendorong perbaikan-perbaikan internal organisasi untuk mendorong akses masyarakat terhadap keadilan, dari situ berbagai aktifitas kantor kemudian dilaksanakan, mulai mentoring untuk meningkatkan pengetahuan staff terhadap isu-isu tertentu seperti Isu Hak Disabilitas yang kemudian bermuara pada kehendak staf untuk membangun posko disabilitas, melakukan pelatihan paralegal disabilitas hingga hasil-hasil kinerja yang dilakukan oleh posko disabilitas.
Harno juga menceritakan bagaimana LBH Makassar bersama Organisasi Bantuan Hukum lain (OBH) mendorong terbentuknya PERDA Bantuan Hukum untuk memperkuat layanan bantuan hukum yang dilaksanakan oleh pemerintah kota selama ini, juga bagaimana LBH Makassar bersama jaringan membangun sekolah paralegal yang sekarang ini di sekolah tersebut sedang di didik beberapa orang dari komunitas-komunitas rakyat. Ada banyak cerita sukses dalam mendorong akses terhadap keadilan yang disampaikan harno.
Pada hari kedua ini peserta yang hadir tidak hanya bercerita dan mendengar cerita, pada sesi kedua pada hari kedua para peserta yang hadir di forum di minta untuk membentuk kelompok, di dalam kelompok berbaur antara pemerintah dengan organisasi-organisasi Mitra TAF-AIPJ, setelah membentuk kelompok, peserta yang hadir di minta untuk saling menanggapi apa yang dapat dilakukan setelah mendengar cerita dan juga membahas tentang anggapan-anggapan yang dirasa tidak dapat dilaksanakan. Setelah bercerita dalam kelompok masing-masing masing-masing kelompok diminta untuk memilih juru bicara dari kelompoknya masing-masing tentang apa yang di bahas dalam kelompok tersebut.
Sebuah pelajaran didapat di hari kedua bahwa menceritakan persoalan keadilan tidak harus dalam sebuah suasana diskusi yang monoton dan membosakankan tapi juga dapat dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.
Tiba saatnya hari ketiga, pada intinya pertemuan pada hari ketiga ini para peserta diminta untuk membuat sebuah ide-ide baru dan harus benar-benar baru, kata Karen, seorang fasilitator forum yang handal. Dalam sebuah agenda yang disebut Open Space ini peserta di minta untuk bergabung dalam sebuah kelompok untuk membahas isu yang menurut para peserta menarik untuk dibicarakan. Kelompoknya tidak ditentukan, silahkan bergabung bersama kelompok mana saja yang menurut peserta tertarik terhadap isu tersebut.
Selain itu kami juga diminta untuk membuat menceritakan kondisi organisasi dalam mendorong akses terhadap keadilan sebelum dan sesudah di support oleh TAF-AIPJ dalam sebuah kelompok.
Meskipun dikemas dalam suasana bermain yang asik dan santai, terdapat pelajaran penting yang menarik untuk diceritakan yaitu bagaimana kita bisa saling belajar tentang pengalaman-pengalaman kita masing-masing dalam mendoromg akses terhadap keadilan dalam suasana yang santai.