MAKASSAR – Setelah menggelar aksi peringatan Hari Buruh dan Hari Pendidikan Nasional, Solidaritas Rakyat (SORAK) menggelar persiapan peringatan hari Marsinah 8 Mei 2015 mendatang. Pertemuan dalam rangka persiapan tersebut dilaksanakan di sekretariat Gabungan Serikat Buruh Nusantara (GSBN) Minggu sore, 3 Mei 2015.

SORAK sendiri merupakan aliansi lintas sektoral dari gerakan pro demokrasi yang mengusung propaganda politik alternatif yang kolektif dan tanpa elit. Beberapa elemen tergabung di sana, seperti Serikat Buruh, Serikat Juru Parkir, Organisasi Ekstra dan Intra Kampus, Organisasi Perempuan, Non Goverment Organization, dan organisasi-organisasi pro demokrasi lainnya.

Khusus untuk peringatan Hari Marsinah, SORAK menganggap bahwa setiap tahun gerakan pro demokrasi harus memperingati hari gugurnya sosok pahlawan buruh yang gugur dalam memperjuangkan hak-hak buruh perempuan dalam ranah produksi. Dengan momentum hari gugurnya Marsinah yang tewas karena melawan perusahaan tempat dimana ia bekerja telah menjadi catatan penting bagi perjuangan buruh ke depan, bahwa rezim kapitalis komprador apapun itu, dan partai politik elit borjuis apapun itu, tidak akan memihak pada kepentingan klas buruh, khususnya buruh perempuan. Perjuangan Marsinah pada tahun 1993 adalah perjuangan buruh yang tidak bisa dilupakan, betapa ditindasnya kaum buruh perempuan di ranah produksi.

Tepat pada tanggal 8 mei 2015 kasus terbunuhnya pejuang buruh perempuan telah genap 22 tahun terbengkalai. Kasus pembunuhan secara keji di masa pemerintahan militeristik Orde Baru itu, tidak pernah dituntaskan oleh rezim neoliberal saat ini. Padahal kasus yang dialami Marsinah ini telah menjadi catatan ILO (Organisasi Buruh Internasional), dikenal dengan Kasus 1713. Selain itu, Marsinah juga memperoleh penghargaan Yap Thiam Hien pada tahun 1993 karena keberaniannya memperjuangkan hak buruh.

Kriminalisasi dan penyiksaan yang dialami oleh Marsinah, bukan hanya dialami oleh kaum buruh di saat sekarang. Rakyat tertindas pada umumnya, seperti petani, nelayan, pedagang kecil, masyarakat adat, dan rakyat tertindas lainnya, bahkan mahasiswa dan pekerja HAM sekalipun juga mengalami hal yang serupa. Kriminalisasi, penyiksaan, dan bentuk kekerasan lainnya seperti pada petani hampir terjadi dimana-mana, berbarengan dengan konflik-konflik agraria yang kerap kali terjadi di masa sekarang. Artinya, dengan tidak dituntaskannya kasus Marsinah oleh rezim neoliberal atau malah membiarkan kasus Marsinah kadaluarsa, bukan hanya berdampak pada kaum buruh saja. Namun hal ini juga akan melanggengkan praktik kriminalisasi dan penyiksaan yang selalu dialami oleh buruh perempuan lainnya.

Dengan banyaknya kasus buruh perempuan, bahkan kaum perempuan secara umum tidak ada satu pun partai politik yang bercokol di parlemen saat ini, berbicara mengenai pentingnya melindungi kaum buruh perempuan dan setiap hak-haknya harus terpenuhi. Bahkan sampai pada penuntasan kasus Marsinah yang sampai sekarang ini tidak ada kejelasan.

Oleh karena itu, SORAK mengeluarkan seruan menuju 8 Mei 2015 untuk menyatukan kekuatan, lanjutkan perjuangan marsinah, dan mengajak seluruh organisasi pro demokrasi, individu-individu yang menentang penindasan dan penghisapan manusia atas manusia lainnya, serta seluruh rakyat untuk memperingati hari pejuang Marsinah, buruh pejuang kemanusiaan dalam Solidaritas Rakyat untuk Marsinah.